Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘American Wannabe’ Category

Siapa yang memulai perang dunia pertama? Muslim?

Siapa yang memulai perang dunia kedua? Muslim?

Siapa yang membunuh lebih dari 20 juta orang Aborigin? Muslim?

Siapa yang membumi hanguskan Hirosima dan Nagasaki dengan Bom Atom? Muslim?

Siapa yang membunuh lebih dari 100 juta orang Indian di Amerika Utara? Muslim?

Siapa yang membunuh lebih dari 50 juta orang Indian di Amerika Selatan? Muslim?

Siapa yang menjadikan 180 juta orang Afrika sebagai budak dan menjadikan 88% dari mereka korban jiwa yang dibuang di Samudra Atlantik? Muslim?

Ketika seorang non-muslim melakukan hal-hal diatas disebut kejahatan

Ketika seorang muslim baru diduga akan melakukan hal yang sama, mereka dikatakan Teroris!

Buang standar ganda dan definisikan Terorisme dengan benar!

Read Full Post »

detik.com, Jakarta – Dokumen rahasia militer AS yang berisi aksi tentaranya selama perang Irak dibeberkan di Wikileaks. Tidak kurang dari 391.832 logs atau catatan selama perang 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2009 dirilis ke publik.

Dalam websitenya, Wikileaks mulai melempar dokumen tersebut ke publik pada tanggal 22 Oktober 2010. Mereka mengklaim kebocoran ini merupakan yang terbesar dalam sejarah militer Amerika.

Tiap catatan itu tergolong ‘SIGACT’ (Significant Action in the war). Ini kali pertama detil kejadian yang dilihat dan didengar tentara AS langsung di medan perang bisa diketahui oleh masyarakat luas. Padahal sebelumnya catatan tersebut tidak pernah diizinkan oleh pemerintah AS diumumkan ke publik.

Isi dokumen berisi antara lain data 109.032 orang yang tewas dalam perang Irak. Mereka yang tewas terdiri dari 66.081 warga sipil, 23.984 pengacau keamanan (musuh), 15.196 tentara Irak, 3.771 orang tentara pasukan koalisi.

Dari data ini terlihat kalau lebih dari 60 persen korban tewas adalah warga sipil. Hampir 31 warga tak bersalah harus meregang setiap harinya di Irak selama 6 tahun pendudukan AS di Irak.

Rilis ini langsung mendapat respon dari pemerintah AS. Pentagon mengkritik Wikileaks yang telah membocorkan rahasia tersebut karena bisa membahayakan keselamatan prajurit AS dan 300 warga Irak yang selama ini membantu AS.

“Kami menyayangkan Wikileaks merilis dokumen rahasia ini ke orang-orang di seluruh penjuru dunia,” ujar juru bicara Pentagon, Geoff Morrell, seperti yang dikutip detikcom dari reuters, Sabtu (23/10/2010).
(gah/mok)

Read Full Post »

detik.com, Jakarta – Dokumen rahasia militer AS yang bocor di Wikileaks menunjukkan fakta-fakta pelanggaran HAM yang dilakukan tentara AS selama pendudukan di Irak. Dalam salah satu dokumen, tentara AS menembaki musuh yang diketahui sudah menyerah.

Pendiri Wikileaks Julian Assange mengatakan, salah satu dokumen berisi log perang helikopter apache yang membunuh musuh yang sudah menyerah. Dokumen itu menyebutkan kalau musuh tidak dapat menyerah pada helikopter.

“Isi dokumennya: Mereka tidak bisa menyerah pada pesawat/helikopter dan masih tetap jadi target valid,” ujar Assange seperti detikcom kutip dari reuters, Sabtu (23/10/2010).

“CLEARED TO ENGAGE . / ___ STATES THEY CAN NOT SURRENDER TO AIRCRAFT AND ARE STILL VALID TARGETS.”

Assange menceritakan pada jaringan televisi Al Jazeera kalau dokumen yang dimiliki Wikileaks berisi cukup bukti 40 pembunuhan yang tidak tepat sasaran. “Ada laporan warga sipil dibunuh di checkpoint,” jelasnya.

Dokumen rahasia militer AS yang berisi kekejaman AS dan sekutunya selama perang Irak dibeberkan di Wikileaks. Tidak kurang dari 391.832 logs atau catatan selama perang 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2009 dirilis ke publik.

Rilis ini langsung mendapat respon dari pemerintah AS. Pentagon mengkritik Wikileaks yang telah membocorkan rahasia tersebut karena bisa membahayakan keselamatan prajurit AS dan 300 warga Irak yang selama ini membantu AS.

“Kami menyayangkan Wikileaks merilis dokumen rahasia ini ke orang-orang di seluruh penjuru dunia,” ujar juru bicara Pentagon, Geoff Morrell.

Read Full Post »

Memburuknya ekonomi Amerika Serikat mulai memunculkan kekhawatiran menyangkut implikasinya terhadap kelangsungan pemulihan ekonomi global.

Meski pemerintah menyatakan perekonomian terbesar dunia itu perlahan mulai pulih dari resesi, beberapa indikator, seperti indeks manufaktur, pasar properti perumahan, dan angka pengangguran, masih menunjukkan pemburukan. Konsensus sejumlah ekonom dan lembaga, perekonomian AS masih akan terus memburuk untuk beberapa waktu ke depan, bahkan ada kekhawatiran kembali terjerumus resesi (double-dip recession).

Beberapa ekonom terkemuka, seperti Stephen Roach atau Nouriel Roubini, yang sebelumnya jitu meramalkan krisis finansial global 2008, bahkan melontarkan peringatan, AS di ambang kolaps. Skenario paling optimistis, kalaupun tidak kembali resesi, perekonomian AS mengalami pemulihan yang sifatnya anemis.

Dari yang kita pantau dari berbagai laporan, otoritas fiskal dan moneter dihadapkan pada kesulitan besar. Stimulus fiskal senilai hampir 800 miliar dollar AS dan suntikan likuiditas triliunan dollar AS oleh Fed ke sistem finansial tampaknya belum cukup untuk menggerakkan perekonomian ber-PDB 15 triliun dollar AS itu.

Dibutuhkan stimulus lanjutan. Padahal, pemerintah sendiri dihadapkan pada problem defisit dan utang skala masif. Sementara ekspansi moneter dinilai juga tak akan banyak membantu, mengingat ekses likuiditas sektor finansial yang sudah mencapai 1 triliun dollar AS, suku bunga jangka panjang sudah sangat rendah, dan proses deleveraging skala masif yang masih berlangsung sekarang.

Kondisi ekonomi AS dan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengatasinya—termasuk rencana menerbitkan obligasi skala besar untuk pembiayaan stimulus baru oleh pemerintah atau ekspansi moneter oleh Fed—bukan tak mungkin akan memunculkan guncangan, baik skala kecil maupun besar, pada stabilitas ekonomi global.

Mau tak mau, kita harus mengantisipasi kondisi ini. Apalagi bagi kita, AS adalah salah satu pasar ekspor penting. Paling tidak, dengan kondisi AS yang terus memburuk, sulit berharap ekonomi dunia pulih tajam dalam waktu cepat.

Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick dalam artikel di Kompas (23/9) sudah mengingatkan dampak pemulihan global yang tak merata dan tak menentu ini pada upaya pengurangan kemiskinan dan kelaparan global.

Kekhawatiran lain, kalaupun menunjukkan tanda-tanda pemulihan, perekonomian AS masih menyimpan bom waktu yang bukan tak mungkin bisa mencetuskan krisis baru karena persoalan ekonomi yang dihadapi AS sekarang ini sifatnya struktural, bukan sekadar konjungtur ekonomi biasa. Kekhawatiran terhadap problem defisit dan utang, misalnya, bukan tak mungkin bisa memicu krisis kepercayaan, seperti krisis utang Eropa belum lama ini.

http://cetak.kompas.com/read/2010/09/24/03525776/tajuk.rencana

Read Full Post »

RESESI ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan jumlah penduduk miskin  Amerika Serikat bertambah. Saat ini, satu dari tujuh orang terhitung sebagai orang miskin. Jumlah ini sama dengan kondisi pada 1960-an, sehingga presiden AS saat itu, Lyndon B Johnson, melancarkan perang terhadap kemiskinan.

Seseorang dikatakan miskin jika dia termasuk salah satu anggota keluarga yang berjumlah empat orang dengan pendapatan setahun di bawah US$22.025  (sekitar Rp198 juta). Sementara ratarata pendapatan per kapita AS adalah
US$44 ribu (Rp396 juta) per tahun.

“Ada 45 juta orang tercatat berada di bawah garis kemiskinan, meningkat dari 13,2% menjadi 15%,” kata Rebecca Blank, pakar kependudukan yang menjadi salah satu tim ahli sensus kependudukan AS, kemarin.

Mereka yang miskin tersebut umumnya datang dari kelompok Latino dan Afrika-Amerika, mendiami Kota Detroit (Michigan), Fort Myers (Florida),  Los Angeles (California), dan Las Vegas (Nevada).

Dampak langsung dari peningkatan angka kemiskinan ini ialah bertambahnya penduduk yang memohon bantuan sosial pemerintah, di antaranya sembako, bantuan kesehatan, dan tunjangan pengangguran. Berdasarkan laporan  Departemen Pertanian AS (USDA), mereka yang memohon sembako gratis melonjak tajam hampir 50%, menjadi 40 juta jiwa. Untuk menyediakan sembako gratis ini, diperlukan dana sebanyak US$59 miliar (Rp531 triliun) setahun.

Adapun yang menerima bantuan kesehatan sekitar 50 juta jiwa dan penerima tunjangan pengangguran lebih dari 10 juta jiwa. Angka-angka ini diperkirakan akan terus bertambah sampai beberapa tahun ke depan.

Banyak ahli memprediksi angka kemiskinan ini akan jadi senjata Partai Republik untuk menggoyang posisi partainya Presiden Barack Obama, Demokrat.

Mereka akan melakukannya November nanti saat pemilu sela untuk memperebutkan kursi senat, kongres, dan gubernur yang telah habis masa jabatannya digelar.

Namun, Lawrence Mead, profesor ilmu politik Universitas New York, mengatakan sebaliknya.
“Angka kemiskinan tak begitu menjadi isu politik, tetapi tingkat pengangguran kelas menengahlah yang akan menjadi topik kampanye.”

Ia mengatakan bahwa Partai Demokrat akan bersikukuh semua ini terjadi karena pendahulu Obama, Presiden George Bush yang berasal dari Republik, telah salah mengurus negara. (Tanza Erlambang/I-2)

Read Full Post »

Older Posts »